BANGSAHEBAT.COM - Hari ini WiFi gratis sudah hampir di mana-mana. Dari alun-alun kota sampai warung kopi, dari halte bus sampai bandara, semua berlomba kasih akses internet. Sinyal deras, kuota tak terbatas, dan layar pun tak pernah sepi.
Tapi ironisnya, meski akses internet makin gampang, pola pikir masyarakat justru makin sempit. Banyak yang gampang percaya hoaks tanpa sempat membaca utuh. Ada yang cepat marah hanya karena judul berita clickbait. Bahkan tak sedikit yang malas berpikir kritis, cukup ikut-ikutan share tanpa cek kebenaran.
Fenomena ini bukan sekadar soal teknologi, tapi mentalitas. Internet seharusnya bikin orang lebih terbuka, tapi faktanya justru banyak yang makin terkunci dalam ruang gema—cuma dengar yang disukai, cuma percaya yang sesuai selera, dan menolak segala yang berbeda.
Politik pun sama. Akses informasi sebenarnya luas, tapi tetap saja banyak orang terjebak narasi lama. Janji-janji basi masih laku keras, jargon klise tetap dibeli, seakan-akan ingatan rakyat cuma seumur paket data harian. Padahal dengan internet, kita bisa tahu siapa yang kerja beneran, siapa yang cuma sibuk pencitraan. Tapi sayang, yang lebih ramai justru drama gosip politik, bukan substansi kerja.
WiFi gratis itu baik, tapi jangan sampai pikiran kita justru makin miskin. Karena lebih berbahaya pikiran terkunci daripada dompet kosong. Dompet kosong bisa diisi lagi, tapi pikiran yang terkunci susah dibuka, apalagi kalau kuncinya dibuang jauh.
Opini Bangsa sederhana saja:
💡 Akses informasi luas harus diimbangi dengan pikiran terbuka. Jangan biarkan kepala kita jadi seperti router mati—lampunya berkedip, tapi tak ada jaringan kritis di dalamnya.
Kalau pikiran tetap terkunci, maka WiFi gratis hanya jadi hiburan sesaat, bukan jalan menuju perubahan.
Pastikan Selalu Berkomentar Yang Baik, Tidak Menyinggung Ras, Suku, Agama dan Rasis
DAFTARKAN DIRIMU MENJADI BAGIAN DARI BANGSA HEBAT DENGAN MENDAFTAR ID BANGSA HEBAT, ADA UNDIAN BERHADIAH DAN JUGA UANG JUTAAN RUPIAH SETIAP BULANNYA. DAFTAR KLIK DISINI atau Cek id.bangsahebat.com