BANGSAHEBAT.COM - Dulu, kalau musim pemilu tiba, rakyat sering kebagian “amplop ajaib” berisi uang recehan atau bahkan sekantong beras. Kini, zaman berubah. Amplop kertas mulai pensiun, diganti layar smartphone. Politik uang berevolusi: dari amplop ke transfer, dari sembako ke e-wallet, bahkan sudah ada kabar lewat QRIS.
Pertanyaannya sederhana tapi menohok: apakah demokrasi kita bisa dibeli dengan scan barcode?
Ironis sekali, ketika bangsa ini bangga menyebut dirinya modern, ternyata cara curang lama hanya berganti baju digital. Kalau dulu caleg bagi beras, sekarang bagi cashback. Kalau dulu titipan amplop diselipkan di balik kalender, sekarang cukup dikirim lewat dompet digital. Praktik lama tetap lestari, hanya medianya yang berganti.
Fenomena ini menunjukkan bahwa teknologi tidak otomatis melahirkan integritas. Demokrasi kita bisa tampak keren dengan e-voting, kampanye digital, dan debat live-streaming, tapi kalau mental para pemainnya masih busuk, maka hasilnya tetap sama: rakyat disuguhi pesta demokrasi penuh gimmick.
Satirnya, rakyat pun sering ikut terbawa arus. “Lumayan lah, siapa tahu dapat cashback politik.” Seakan-akan demokrasi hanya diskon musiman yang bisa ditebus dengan kode promo.
Perubahan bentuk tidak mengubah substansi. Politik uang—baik dalam amplop lusuh atau kode QR canggih—tetap racun bagi demokrasi. Selama mentalitas transaksional masih hidup, demokrasi kita hanya berganti kostum, bukan berganti kualitas. Jadi, yang perlu direset bukan teknologinya, tapi nurani para pemain politiknya.
Pastikan Selalu Berkomentar Yang Baik, Tidak Menyinggung Ras, Suku, Agama dan Rasis
DAFTARKAN DIRIMU MENJADI BAGIAN DARI BANGSA HEBAT DENGAN MENDAFTAR ID BANGSA HEBAT, ADA UNDIAN BERHADIAH DAN JUGA UANG JUTAAN RUPIAH SETIAP BULANNYA. DAFTAR KLIK DISINI atau Cek id.bangsahebat.com