Inilah Keajaiban Borobudur di Kaki Sang Maestro Tari: Eko Sunyoto Pengubah Relief Jadi Gerak

BANGSAHEBAT.COM - Saat senja menyentuh pucuk relief Candi Borobudur, suara langkah tari mulai menggema di Sanggar Kinnara Kinnari. Di sanalah Eko Sunyoto — atau lebih sering dipanggil Ki Eko — membawa relief batu tua menjadi tarian hidup penuh filosofi.

Dari kisah Kinnara-Kinnari hingga Lalitavistara, ia mengajarkan kita bahwa kekayaan budaya bukan hanya untuk dilihat, melainkan untuk dinikmati, dirasakan, dan diwariskan. Artikel ini akan membuka jendela ke dunia Eko Sunyoto: seniman yang memahat udara dengan tari, menghidupkan batu dengan gerak.

Profil Eko Sunyoto, Seniman Tari Relief Candi Borobudur

1. Gambaran

Eko Sunyoto adalah seniman tari asal Kabupaten Magelang yang konsisten menciptakan tari-tarian berdasarkan relief Candi Borobudur dan relief-relict di kawasan Borobudur seperti Pawon.

Salah satu karya terkenalnya adalah tari Kinnara-Kinnari, yang mewakili makhluk setengah manusia, setengah burung, penjaga pohon kehidupan (Kalpataru) serta pundi-pundi rezeki.

Selain tampil lokal, karya Eko Sunyoto juga pernah tampil di kancah internasional, misalnya di Thailand dalam acara International Culture Exchange Sister Borsang Umbrela Festival Chiang Mai 2020.

2. Identitas

Aspek	Keterangan
Nama panggilan	Ki Eko Sunyoto
Asal	Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Sanggar	Pendiri Sanggar Tari Kinnara Kinnari, berlokasi di Tingal Kulon RT02 RW02, Wanurejo, Borobudur
Pendidikan & Latar Keluarga	Tumbuh di keluarga sederhana, ketertarikan pada seni terutama tari dan pedalangan sejak SD

3. Latar / Sejarah & Konteks

Sejak kecil, Eko sudah dikenalkan berbagai kesenian tradisional di desanya. Dari situ tumbuh kecintaannya terhadap tari dan seni pedalangan.
Pada tahun 2008, ia memformalkan kegiatannya dengan mendirikan Sanggar Kinnara Kinnari.
Karya-karyanya mencakup adaptasi relief Borobudur ke dalam tarian seperti: Tari Kubera, Lalitavistara, Sudhana Manohara, dan lainnya.
Melalui kegiatan seperti “The Spirit Of Borobudur” (workshop tari & aksesoris, pameran, dialog budaya) yang digelar di Sanggar Kinnara Kinnari dan Tourism Information Center (TIC) Borobudur, Ki Eko aktif mengajak masyarakat, pelajar, bahkan penyandang disabilitas untuk ikut serta melestarikan budaya melalui tari relief.

4. Amanat / Pesan

Melalui seni tari relief, Eko Sunyoto menyuarakan bahwa budaya bukanlah artefak mati, melainkan kisah yang hidup dan bisa didistribusikan ke generasi muda sebagai identitas.
Karya seni harus menyimpan nilai-nilai moral dan filosofis: seperti kisah di relief Borobudur tentang kehidupan, keadilan, alam, serta hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan Tuhannya.
Pelestarian bukan hanya soal menjaga bangunan candi, tetapi juga pelestarian seni tak benda (intangible) seperti tarian, musik, kostum, naratif relief.
Pendidikan seni dan keterlibatan masyarakat, terutama anak-anak dan penyandang disabilitas, sangat penting agar budaya lokal tetap relevan di masa kini.

5. Refleksi

Kisah Eko Sunyoto mengajak kita berpikir ulang tentang cara kita melihat relief: bukan hanya sebagai ornamen historis, tetapi sebagai sumber cerita dan inspirasi kreatif.
Bahwa pemuda atau seniman yang didukung secara kesadaran budaya punya potensi besar untuk menghidupkan kembali nilai tradisi dengan cara yang fresh dan relevan.
Kreativitas dalam seni memiliki efek ganda: estetika dan pendidikan karakter. Jika generasi muda ikut dilibatkan, warisan budaya punya harapan lestari.
Menggabungkan warisan masa lalu dengan kreativitas masa kini adalah sebuah jembatan agar budaya tidak tergerus zaman, melainkan justru semakin kaya.

Eko Sunyoto adalah bukti hidup bahwa relief Candi Borobudur bukan hanya karya masa lampau, melainkan jendela inspirasi masa kini. Melalui tarian‐tariannya, workshop, pameran, dan interaksi dengan masyarakat, ia membangun ruang di mana narasi kuno tentang relief diterjemahkan ke dalam gerak, musik, kostum, dan pengalaman budaya.