Generasi Z & Milenial: Kebutuhan akan Autentisitas dalam Brand Lokal

BANGSAHEBAT.COM - Ada hal yang menarik dari generasi muda hari ini. Mereka bukan sekadar pembeli, tapi juga “penilai.” Generasi Z dan milenial punya radar yang sensitif: mana brand yang benar-benar jujur, mana yang sekadar jual tampang. Logo bagus? Boleh. Kemasan keren? Sah-sah saja. Tapi kalau tidak ada cerita di baliknya, produk itu cepat kehilangan daya tarik.

Autentisitas kini jadi mata uang baru. Bagi anak muda, membeli produk bukan hanya soal fungsi, tapi juga soal identitas. Mereka ingin tahu: dari mana produk ini berasal? Siapa yang membuatnya? Apakah prosesnya menghargai orang kecil? Apakah keuntungan yang didapat sekadar untuk pemilik, atau juga memberi dampak sosial?

Di sinilah brand lokal punya peluang emas. Kita tidak perlu meniru gaya asing untuk terlihat keren. Justru dengan menampilkan apa adanya, apa yang benar-benar milik kita—mulai dari bahan, rasa, hingga cerita sosial di balik produk—kita bisa merebut hati generasi muda. Lihat saja “Mau Es Teh.” Ia tidak berusaha tampil mewah, tapi justru kuat karena sederhana: rasa segar yang merakyat, harga yang jujur, ditambah komitmen sosial untuk menyisihkan sebagian pendapatan bagi yang membutuhkan. Itu autentisitas.

Tantangan tentu ada. Semakin berkembang, brand kecil bisa tergoda untuk memoles citra, bahkan menutupi hal-hal yang dianggap tidak keren. Padahal justru keterbukaan yang membuat generasi muda percaya. Transparansi tentang bahan, tentang harga, bahkan tentang kesulitan yang dihadapi, bisa menjadi nilai lebih.

Autentisitas bukan berarti tidak boleh berkembang. Autentisitas adalah soal menjaga esensi. Kalau awalnya brand berdiri karena ingin mendukung rakyat, maka saat sukses pun semangat itu jangan hilang. Karena begitu konsumen merasa “dibohongi,” kepercayaan yang dibangun lama bisa runtuh dalam sekejap.

Generasi Z dan milenial akan jadi katalis penting bagi pertumbuhan brand lokal. Mereka bukan cuma pembeli, tapi juga penyebar cerita. Sekali mereka percaya, mereka akan jadi duta tanpa dibayar. Dan itu jauh lebih kuat dibandingkan iklan berjuta-juta.

Autentisitas bukan sekadar strategi pemasaran. Ia adalah cermin kejujuran. Dan di era penuh kepalsuan ini, justru yang asli, yang jujur, yang apa adanya—itulah yang paling berharga.