BANGSAHEBAT.COM - Ada satu ciri khas bangsa yang makin terasa: alergi dengan kata “antri”. Dari terminal bus sampai loket bioskop, dari pasar hingga tiket konser online, budaya sabar menunggu giliran seakan jadi barang langka. Semua mau cepat, semua mau duluan, semua merasa paling penting.
Lucunya, di era digital pun penyakit ini tetap terbawa. Sistem tiket online yang katanya canggih, tetap penuh dengan drama: rebutan server, pakai joki, bahkan rela bayar lebih hanya demi “jalan pintas”. Mentalitasnya sama saja dengan yang nyerobot antrian di halte: yang penting dapat, urusan aturan belakangan.
Padahal, antri itu bukan sekadar berdiri berjejer. Antri adalah latihan sosial: belajar sabar, belajar menghargai hak orang lain, dan menerima bahwa kita tidak selalu bisa jadi nomor satu. Tapi entah kenapa, pelajaran sederhana ini gagal jadi budaya.
Fenomena ini mirip dengan politik. Banyak yang maunya cepat duduk di kursi kekuasaan, tapi lupa kalau ada proses panjang: membangun visi, mendengar rakyat, menguji integritas. Akibatnya, lahirlah kebijakan instan yang sering tak tahan lama—ibarat mie instan yang bikin kenyang sebentar tapi haus berkepanjangan.
Opini Bangsa sederhana saja: budaya antri yang hilang bukan soal barisan di halte, tapi soal mental bangsa menghadapi proses. Kalau kita tak bisa sabar menunggu giliran beli tiket, bagaimana bisa sabar menunggu hasil kerja politik yang butuh waktu panjang?
👉 Jadi, sebelum sibuk protes “sistemnya rusak” atau “pelayanannya lambat”, mari jujur dulu: jangan-jangan kita sendiri yang tidak tahan antri.
Pastikan Selalu Berkomentar Yang Baik, Tidak Menyinggung Ras, Suku, Agama dan Rasis
DAFTARKAN DIRIMU MENJADI BAGIAN DARI BANGSA HEBAT DENGAN MENDAFTAR ID BANGSA HEBAT, ADA UNDIAN BERHADIAH DAN JUGA UANG JUTAAN RUPIAH SETIAP BULANNYA. DAFTAR KLIK DISINI atau Cek id.bangsahebat.com