BANGSAHEBAT.COM - Saya tidak tahu siapa yang pertama kali bangga memamerkan suara kenalpot brongnya di tengah malam. Mungkin dia pikir itu adalah bentuk eksistensi. Tapi yang saya tahu, rakyat biasa yang kerja keras dari pagi sampai malam hanya ingin tidur dengan tenang. Bukan mendengar deruman motor yang lebih cocok jadi backsound film Fast & Furious edisi RW.
Lucunya, ketika polisi mulai menindak pemotor brong, sebagian orang teriak soal hak berekspresi. Lah? Brong itu ekspresi? Lalu bagaimana dengan anak-anak TikTok yang memutar lagu keras-keras di warung kopi, di pinggir jalan, di atas motor, bahkan di kamar mandi umum pakai speaker Bluetooth? Itu juga ekspresi? Wah, negara ini sedang dipenuhi "seniman suara" dadakan rupanya.
Mari kita jujur. Baik kenalpot brong maupun sound horeg adalah dua sisi dari koin yang sama: sama-sama tidak peduli dengan kenyamanan orang lain. Sama-sama menganggap dunia ini panggung pribadi. Sama-sama lebih mementingkan gaya daripada etika. Bedanya cuma satu: yang satu bising dari mesin, yang satu bising dari playlist.
Kenapa bisa merajalela? Karena kita mulai kehilangan budaya malu. Kita mulai menganggap wajar pamer suara. Kita mulai menikmati ketika bisa mengganggu orang lain tanpa dihukum. Dan kita merasa "keren" ketika berhasil menjadi pusat perhatian, meski lewat cara-cara murahan.
Sebenarnya, ini bukan sekadar soal suara. Ini soal kurangnya pendidikan etika sosial. Kita terbiasa diajarkan matematika, fisika, kimia, tapi tidak pernah diajarkan bagaimana menghormati ruang dengar orang lain.
Dan pemerintah? Jangan cuma razia saat viral. Bikin aturan tegas. Tapi juga bikin kampanye edukasi dari sekolah sampai ke tongkrongan, tentang apa arti “menghargai kenyamanan sosial”. Karena kebisingan hari ini bukan sekadar gangguan pendengaran. Tapi sinyal bahwa kita sedang krisis kesadaran.
Saya tidak peduli kamu pakai motor sport atau Bluetooth JBL 50 watt. Kalau kamu merasa bebas mengganggu ketenangan orang lain, berarti kamu belum selesai belajar jadi warga negara.
Bangsa yang besar bukan cuma butuh pembangunan infrastruktur, tapi juga pembangunan kultur. Dan kultur hormat itu dimulai dari hal sesederhana: tidak membuat bising yang tidak perlu.
Kenalpot brong dan sound horeg bukan sekadar soal suara keras, tapi cermin krisis etika sosial. Opini Bangsa menyoroti pentingnya edukasi dan aturan tegas untuk menjaga kenyamanan ruang publik dari kebisingan yang tak perlu.
Tapi ya semua itu beda halnya ketika memang sedang ada waktunya, semisal .....!!!!!
Komentar0
Pastikan Selalu Berkomentar Yang Baik, Tidak Menyinggung Ras, Suku, Agama & Rasis