🎯 SPESIAL POLITIK: “Meritokrasi – Jalan Panjang Menggeser Politik Balas Budi”

BANGSAHEBAT.COM - Meritokrasi semakin sering digaungkan di Indonesia sebagai kunci melahirkan pemimpin berkualitas. Namun, realitas di lapangan masih sering berbenturan dengan praktik politik balas budi, nepotisme, dan titipan. Di tengah hiruk-pikuk demokrasi, mampukah meritokrasi benar-benar jadi fondasi?

🎭 JUDUL SKETSA

“Kursi karena Prestasi, Bukan Titipan Relasi”

🎙️ Dialog SPESIAL POLITIK

Adegan dibuka: Keempat tokoh SPESIAL POLITIK berdiri di depan kursi kosong dengan papan nama bertuliskan “PEJABAT BERPRESTASI”

• PUTRI (serius, elegan):
  "Meritokrasi artinya orang duduk di kursi bukan karena keluarga, partai, atau titipan, tapi karena prestasi dan kompetensinya. Inilah prinsip yang seharusnya jadi standar demokrasi modern."

• BANGSA (jenaka, ceplas-ceplos):
  "Tapi kan di sini masih banyak yang kursinya kayak warisan keluarga. Kadang bukan siapa yang bisa kerja, tapi siapa yang punya ‘orang dalam’. Hehe, meritokrasi masih kalah sama 'nepotokrasi'."

• KORENYA (metaforis, penuh prinsip):
  "Bangsa yang besar ibarat kapal. Kalau nakhodanya dipilih karena kedekatan, kapal akan karam. Tapi kalau dipilih karena kemampuan, kapal akan berlayar jauh menembus badai."

• PUPU (tegas, rasional):
  "Solusinya jelas: rekrutmen terbuka, seleksi transparan, indikator prestasi yang objektif. Tanpa itu, meritokrasi hanya jadi jargon, bukan sistem."

Meritokrasi adalah kunci bagi lahirnya kepemimpinan yang berkualitas. Tanpa meritokrasi, negara akan terus terjebak dalam lingkaran politik balas budi dan nepotisme.

Kalau kita mau Indonesia maju, mari dorong budaya meritokrasi: pilih yang bisa kerja, bukan yang cuma dekat dengan penguasa.

www.BangsaHebat.com
"Yang Spesial Aja Kita Bahas Di Sini!"