“Kok Dia Bisa Sekejam Itu?”: Mengenali Pasangan dengan Gangguan Psikologis dan Cara Menguatkan Diri

Halo Sahabat Bangsa,
Pernahkah kamu merasa bingung menghadapi pasangan yang tiba-tiba berubah menjadi dingin, kasar, manipulatif, atau bahkan penuh emosi tak terkendali? Mungkin kamu berpikir, “Apa salahku?” atau “Kenapa dia berubah drastis?” Artikel ini aku tulis bukan untuk menghakimi, tetapi untuk membuka wawasan kita mengenai disorder psikologis, dan bagaimana kita bisa memahami serta menguatkan diri ketika hidup berdampingan dengan seseorang yang mengalaminya.

Apa Itu Disorder?

Secara psikologis, disorder atau gangguan kejiwaan adalah pola perilaku atau pengalaman batin yang menyebabkan penderitaan atau hambatan signifikan dalam kehidupan seseorang. Ini bukan sekadar “sifat jelek” atau “kurang dewasa,” tetapi kondisi medis yang memiliki dasar biologis, psikologis, dan sosial.

Beberapa jenis disorder yang umum memengaruhi hubungan:

• Borderline Personality Disorder (BPD): Perubahan emosi yang ekstrem, ketakutan ditinggalkan, hubungan yang intens dan tidak stabil.
• Narcissistic Personality Disorder (NPD): Rasa diri yang berlebihan, manipulasi, dan kurangnya empati.
• Depression & Anxiety Disorders: Membuat seseorang menarik diri, mudah tersinggung, atau tampak tidak peduli.
• Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD): Reaksi emosional ekstrem terhadap hal-hal yang memicu trauma masa lalu.

Trigger: Pemicu Munculnya Gangguan

Disorder tidak muncul begitu saja. Ada pemicu-pemicu yang memperbesar kemungkinan seseorang mengalami gangguan ini:

• Trauma masa kecil (kekerasan, penelantaran, perceraian orang tua)
• Pengalaman hubungan yang penuh kekerasan atau pengkhianatan
• Tekanan sosial dan ekspektasi yang tak realistis
• Pengabaian emosi di masa tumbuh kembang
• Genetik dan ketidakseimbangan hormon dalam otak

Ingat: seseorang yang mengalami disorder bukan berarti “lemah” atau “gila.” Mereka adalah individu yang terluka—dan lukanya tak selalu terlihat oleh mata.

Jika Pasanganmu Mengalaminya…

Sebagai seorang pemerhati dan juga manusia yang pernah berada dalam relasi yang menantang, aku paham bahwa mencintai seseorang dengan gangguan bukan perkara mudah. Tapi ada tiga hal penting yang bisa kita lakukan:

1. Pahami, Jangan Hakimi

Banyak pasangan merasa gagal karena mencoba “memperbaiki” orang yang belum mampu mengelola dirinya sendiri. Memahami kondisi pasangan akan membuat kita lebih tenang dan tidak terbawa dalam pusaran emosi.

2. Tetapkan Batas Sehat

Kita bisa mencintai tanpa kehilangan diri. Buat batas: apa yang bisa kamu toleransi, dan apa yang melukai mentalmu. Self-love bukan egois—itu vital.

3. Dukung dengan Arahan, Bukan Paksaan

Dorong pasangan untuk mendapatkan bantuan profesional. Jangan paksa, tapi bimbing. Terkadang kehadiranmu sebagai “cermin” lebih menyentuh daripada seribu ceramah.

Kabar Baiknya: Disorder Bisa Dikelola

Dengan terapi yang tepat, dukungan sosial, dan kemauan dari dalam diri, banyak orang dengan disorder bisa menjalani hidup yang fungsional dan sehat secara emosional. Perjalanan ini memang panjang, tapi bukan mustahil. Aku menyaksikan sendiri—pasien yang dulu mudah meledak kini menjadi pribadi yang tenang, komunikatif, dan mencintai dengan tulus.

Untukmu yang Bertahan atau Ingin Pergi…

Apapun keputusanmu, kamu tidak salah. Bertahan karena cinta dan harapan adalah kekuatan. Pergi karena ingin menyelamatkan diri juga adalah keberanian. Yang penting: jangan hilang arah, jangan kehilangan dirimu sendiri.

Karena mencintai orang lain itu mulia, tapi mencintai diri sendiri adalah awal dari semua penyembuhan.
– Bangsa

Jika kamu merasa artikel ini menggugah atau bermanfaat, silakan bagikan ke orang-orang terdekat. Jangan lupa kunjungi bangsahebat.com untuk tulisan-tulisan lain seputar psikologi, cinta, dan perjalanan menjadi manusia utuh.