Reshuffle dalam Terang Protes

BANGSAHEBAT.COM - Kalau biasanya orang ganti menteri itu kayak ganti ban bocor—biar jalan lagi lancar, kali ini kok rasanya kayak ganti sopir padahal jalanannya yang berlubang. Sri Mulyani dicopot di tengah protes besar, rakyat ribut soal biaya hidup dan “jatah” pejabat yang makin nyeleneh. Pertanyaan sederhana: apakah reshuffle ini obat mujarab, atau cuma perban buat luka yang dalam?

Saya lihat begini: di tengah ribut mahasiswa, rakyat kehilangan nyawa, dan suasana yang makin panas, pemerintah seakan memberi “hadiah kejutan”—yaudah, ganti menteri biar sejuk. Tapi rakyat itu kan nggak sekadar haus tontonan, mereka haus solusi. Kalau harga minyak goreng masih naik-turun kayak mood mantan, apa gunanya ganti kursi empuk di kabinet?

Tentu, reshuffle punya dua wajah. Pertama, ia bisa jadi simbol niat serius membangun babak baru. Kedua, ia bisa jadi sekadar kosmetik politik: wajah lama dibilas, padahal isi rumah masih berantakan. Nah, rakyat sudah kebal sama kosmetik, yang mereka butuh itu pondasi kokoh.

Saya tidak sedang membela siapa pun, tapi mari realistis: mengganti sosok yang punya reputasi global seperti Sri Mulyani justru bikin tanda tanya besar. Apa masalah kita selesai dengan “orang baru”? Atau kita sedang mengorbankan pion besar untuk menenangkan papan catur?

Rakyat mungkin nggak ngerti detail fiskal, tapi mereka paham logika sederhana: kalau warung sering rugi, masalahnya bukan di kasir doang. Bisa jadi harganya salah, strategi dagangnya nggak pas, atau bosnya nggak mau turun tangan.

Jadi, apakah reshuffle ini solusi? Saya sih ingin optimis. Tapi optimisme bukan berarti tutup mata. Kita perlu kritis sambil berharap: semoga ini bukan sekadar ganti kursi, tapi benar-benar ganti cara kerja.

Kalau tidak, ya jangan heran kalau rakyat balik lagi ke jalan dengan satu kalimat sakti: “Perut kami lebih penting dari kursi kalian.”