Pengangguran Pemula & Kesenjangan Skill: Siapa yang Bertanggung Jawab Menyiapkan SDM Masa Depan?

BANGSAHEBAT.COM - Bangsa melihat satu fenomena yang terus berulang setiap tahun: ribuan lulusan baru keluar dari kampus dan sekolah, tetapi banyak dari mereka tidak terserap dunia kerja. Ironisnya, bukan karena lapangan kerja tak ada, melainkan karena skill mereka tidak sesuai dengan kebutuhan industri. Di sinilah masalah besar kita: kesenjangan keterampilan.

Mari kita bedah. Sistem pendidikan kita masih banyak berkutat di teori. Kurikulum formal seringkali tidak bergerak secepat perubahan teknologi. Padahal, dunia kerja menuntut adaptasi digital, kemampuan analisis, komunikasi, hingga kreativitas. Magang masih formalitas, pelatihan vokasi sering kurang tepat sasaran, sementara soft-skill sering dianggap remeh padahal jadi kunci.

Swasta dan pemerintah tidak bisa cuci tangan. Dunia usaha butuh tenaga kerja terampil? Ya, ayo buka lebih banyak pintu magang nyata, bukan sekadar tanda tangan absen. Pemerintah? Jangan puas dengan program seremonial. Fasilitasi kursus berbasis kebutuhan industri, berikan sertifikasi kompetensi yang diakui pasar, serta kolaborasi antara sekolah, universitas, dan dunia kerja.

Kita juga harus sadar, pendekatan tak bisa seragam. Anak muda di kota besar dengan akses teknologi berbeda tantangannya dengan mereka di desa terpencil. Jadi strategi menyiapkan SDM harus sesuai konteks lokal. Ada daerah yang butuh pelatihan digital, ada pula yang lebih relevan dengan penguatan keterampilan agribisnis.

Harapan Bangsa sederhana: anak muda bisa bekerja sesuai passion sekaligus keahliannya. Pengangguran pemula menurun, dan pembangunan SDM merata dari Sabang sampai Merauke. Jangan sampai kita terus bicara bonus demografi, tetapi lupa menyiapkan manusianya.

Bangsa percaya, masalah pengangguran ini bukan sekadar soal angka. Ini soal masa depan bangsa. Jika kita serius menutup kesenjangan skill, maka pemuda kita bukan hanya mencari kerja—tapi siap menciptakan kerja.