BANGSAHEBAT.COM - Ada satu benda yang sering diremehkan tapi ternyata penuh filosofi: kursi plastik. Murah, ringan, kadang warnanya norak, tapi coba lihat daya tahannya. Kursi plastik bisa dipakai hajatan berkali-kali, dari sunatan, kawinan, sampai acara tahlilan. Ditumpangi orang gemuk, anak-anak lompat-lompatan, bahkan kadang jadi “kursi pijakan darurat” pas lampu mati—dia tetap bertahan, meski kakinya kadang agak goyang.
Bandingkan dengan kursi kekuasaan. Baru beberapa bulan diduduki, sudah banyak drama. Ada yang rebutan, ada yang saling senggol, bahkan ada yang lupa siapa sebenarnya yang memberi mereka hak duduk di situ: rakyat. Kursi kekuasaan ternyata lebih rapuh dari kursi plastik. Sering goyah bukan karena berat badan, tapi karena beratnya kepentingan.
Lucunya, kursi plastik kalau rusak bisa disulap jadi pot tanaman, ember cadangan, atau ditaruh di belakang rumah jadi tempat jemuran. Sementara kursi kekuasaan yang rusak? Ya biasanya meninggalkan reruntuhan: janji-janji tak ditepati, kebijakan setengah matang, dan rakyat yang harus menanggung kecewa.
Opini Bangsa sederhana saja: mungkin para pejabat perlu belajar dari kursi plastik. Tidak perlu mewah, tidak perlu penuh ukiran, yang penting tahan banting, bisa diandalkan, dan tetap bermanfaat meski sudah “pensiun”. Karena pada akhirnya, rakyat butuh kursi yang kokoh, bukan kursi yang goyah setiap kali angin kepentingan bertiup.
👉 Jadi, kalau ditanya mana yang lebih kuat: kursi plastik jelas pemenangnya. Kursi kekuasaan? Belum tentu kuat, apalagi kalau yang duduk di atasnya terlalu sibuk jaga gengsi ketimbang jaga janji.
Pastikan Selalu Berkomentar Yang Baik, Tidak Menyinggung Ras, Suku, Agama dan Rasis
DAFTARKAN DIRIMU MENJADI BAGIAN DARI BANGSA HEBAT DENGAN MENDAFTAR ID BANGSA HEBAT, ADA UNDIAN BERHADIAH DAN JUGA UANG JUTAAN RUPIAH SETIAP BULANNYA. DAFTAR KLIK DISINI atau Cek id.bangsahebat.com