Harga Beras: Panen Melimpah, Rakyat Tetap Menjerit

BANGSAHEBAT.COM - Lucu juga ya, kita sudah dengar kabar panen melimpah, gudang Bulog katanya penuh, tapi harga beras di pasar tetap bikin kantong rakyat bolong. Pertanyaannya sederhana: kalau stoknya banyak, kenapa harganya tetap melejit? Apa padi kita tiba-tiba jadi lebih sombong dari artis sinetron?

Bangsa melihat ini bukan sekadar persoalan sawah, tapi soal jalannya beras dari hulu ke hilir. Dari petani yang berkeringat, masuk ke tangan penggilingan, mampir ke tengkulak, singgah di pedagang besar, lalu baru sampai ke warung dekat rumah. Panjangnya rantai distribusi ini membuat harga tambah bumbu di setiap tangan. Akhirnya, yang sampai ke piring rakyat sudah jauh dari harga asli di sawah.

Belum lagi aturan main. Ada pajak, ada bea impor, ada kebijakan stok pemerintah yang kadang bikin pasar makin bergejolak. Di satu sisi pemerintah ingin harga petani tetap bagus, tapi di sisi lain rakyat berharap harga konsumen jangan jebol. Nah, kalau kebijakan ini tidak dikelola transparan dan tegas, yang untung justru “pemain tengah” yang pintar ambil kesempatan.

Apakah ini berarti kita harus saling tuding? Tidak. Justru ini saatnya evaluasi total. Pertama, pangkas rantai distribusi. Kalau teknologi bisa mempertemukan petani langsung ke konsumen lewat platform digital, kenapa kita masih pakai cara berlapis-lapis? Kedua, perkuat pengawasan. Jangan sampai ada permainan harga di level tengkulak atau pedagang besar. Ketiga, buka data secara transparan. Kalau harga beras di gudang sekian, di pasar sekian, masyarakat bisa menilai sendiri mana yang wajar, mana yang permainan.

Masyarakat pun bisa ikut ambil bagian. Media, aktivis, sampai emak-emak pasar punya suara penting. Semakin banyak laporan soal harga dan kualitas, semakin sulit oknum bermain di belakang layar.

Bangsa percaya, harga pangan — terutama beras — bukan sekadar soal ekonomi, tapi soal perut dan hidup jutaan rakyat. Kalau kita bisa benahi sistem ini bersama, kita tidak hanya menurunkan harga, tapi juga mengembalikan rasa adil dalam nasi yang kita makan.

Jangan biarkan beras jadi “emas putih” yang hanya menguntungkan segelintir orang. Biarkan beras tetap jadi makanan pokok yang terjangkau, adil, dan menyehatkan seluruh bangsa.