Fenomena Lupa Doa: Ramai di Panggung, Sepi di Hati

BANGSAHEBAT.COM - Di zaman sekarang, doa sering tampil bukan sebagai bisikan hati, tapi sebagai dekorasi panggung. Banyak orang sibuk memamerkan ritual, simbol, bahkan caption panjang penuh dalil di media sosial. Semuanya tampak begitu religius, begitu megah, begitu… wah. Tapi ketika lampu kamera padam, doa sederhana yang tulus justru sering hilang dari keseharian.

Fenomena ini ibarat konser dangdut kampung. Suaranya lantang, panggungnya ramai, sound system-nya bikin telinga berdenging. Tapi ketika penonton pulang, jalanan tetap berlubang, dompet tetap tipis, dan perut tetap lapar. Doa yang seharusnya jadi tenaga batin malah berubah jadi dekorasi citra.

Padahal, doa itu bukan kompetisi siapa paling panjang, paling syahdu, atau paling banyak mendapat like di Instagram. Doa justru paling murni ketika lahir di kesepian, lirih, bahkan tanpa disaksikan siapa-siapa. Doa di ruang sunyi itulah yang seringkali punya daya, sementara doa di panggung ramai kadang hanya jadi bunyi.

Bangsa percaya, bukan simbol yang membuat hati tenang, tapi kesederhanaan doa yang tidak perlu diumbar. Jangan sampai kita jadi generasi yang kuat menyalakan speaker doa, tapi lemah menghidupi doa di langkah nyata.

Opini Bangsa sederhana saja: doa itu bukan pameran, tapi pengingat bahwa kita hanyalah manusia yang butuh pegangan. Kalau hati masih sepi meski panggung sudah ramai, mungkin yang hilang bukan gemerlap, tapi doa yang tulus.

👉 Jadi, jangan sibuk mengejar panggung doa, tapi lupa bahwa doa sesungguhnya tinggal di hati yang tenang.