Dari Drive-Thru Solidaritas ke Ekonomi Politik: Efek Gelombang Dukungan Internasional untuk Ojol

BANGSAHEBAT.COM - Beberapa hari terakhir, ada pemandangan unik yang bikin haru sekaligus heran. Dari luar negeri, orang-orang memesan makanan lewat Grab atau Gojek dan langsung mengarahkannya ke driver ojol di Indonesia. Bayangkan, orang yang bahkan tidak kenal, dari negara lain pula, ikut mengulurkan tangan lewat satu porsi nasi bungkus.

Sekilas ini terlihat sederhana. Hanya makanan, hanya sekali antar. Tapi kalau kita lihat lebih dalam, ada makna yang jauh lebih besar. Aksi itu adalah cermin: bahwa publik global punya sensitivitas terhadap ketidakadilan sosial, bahkan yang terjadi di luar negaranya. Mereka tidak hanya berkomentar atau sekadar memberi hashtag, tapi turun tangan dengan cara paling konkret: mengenyangkan perut orang yang bekerja keras.

Pertanyaannya, kenapa solidaritas ini datang dari luar dulu, bukan dari dalam? Apakah rakyat kita sendiri sudah terlalu lelah? Atau jangan-jangan ruang untuk saling mendukung di dalam negeri terasa makin sempit, karena sistem sosial kita belum cukup kuat menopang pekerja informal?

Ojol adalah wajah nyata ekonomi rakyat. Mereka fleksibel, gigih, tapi rapuh secara perlindungan sosial. Ketika ada gejolak politik atau ekonomi, mereka yang pertama kali merasakan dampak. Maka solidaritas internasional ini seharusnya jadi alarm keras: negara tidak boleh terus abai terhadap sektor pekerja informal.

Solidaritas dari luar memang indah, tapi tidak bisa kita gantungkan. Perubahan sejati harus lahir dari dalam: dari kebijakan yang berpihak, dari sistem jaminan sosial yang kuat, dan dari rakyat yang mau saling dukung. Jangan sampai ojol hanya dianggap “penggerak ekonomi” ketika semuanya normal, lalu dibiarkan berjuang sendirian saat badai datang.

Makanan dari luar negeri itu bukan sekadar nasi bungkus. Itu pesan: dunia sedang memperhatikan, dan mereka peduli. Maka sudah saatnya kita juga belajar peduli, tidak hanya di timeline, tapi dalam kebijakan nyata.