Damai untuk Mereka yang Gugur di Jalan Aspirasi

Bangsahebat.com - Ada duka yang tidak bisa kita sepelekan. Indonesia hari ini kembali kehilangan putra-putri terbaiknya—mereka yang turun ke jalan, menyuarakan keresahan, lalu akhirnya berpulang dalam sebuah demonstrasi. Entah mereka berada di barisan mana, entah apa tuntutannya, satu hal yang pasti: mereka adalah manusia, anak bangsa, yang pulang dengan cara tragis.

Di atas segala perbedaan pandangan, saya ingin mengajak kita menundukkan kepala sejenak. Bukan untuk menghakimi siapa yang benar atau salah, tapi untuk mendoakan. Sebab nyawa manusia terlalu berharga untuk sekadar jadi angka statistik dalam laporan berita.

Demonstrasi, bagaimanapun bentuknya, adalah bagian dari suara demokrasi. Ia bisa berisik, bisa ricuh, bahkan bisa memakan korban. Namun di balik itu, ada harapan yang ingin disampaikan. Ada jeritan hati yang sebenarnya sederhana: “Tolong dengarkan kami.”

Di sisi lain, aparat, pemerintah, bahkan masyarakat umum juga punya harapan yang sama: “Semoga semua bisa damai.” Dan sayangnya, sering kali yang tertinggal hanya luka, bukan solusi.

Karenanya, mari kita belajar dari duka ini. Mari kita ajak diri sendiri untuk lebih tenang, lebih sabar, lebih menghargai perbedaan, dan lebih berani membuka ruang dialog. Bukan berarti kita harus selalu sepakat, tapi setidaknya kita bisa sepakat untuk tidak saling melukai.

Damai bukanlah tanda kelemahan. Damai adalah bentuk keberanian yang paling tinggi—berani menahan amarah, berani mengulurkan tangan, berani memilih kata daripada bentakan.

Untuk mereka yang gugur, izinkan saya mengucapkan bela sungkawa sedalam-dalamnya. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan, dan semoga bangsa ini belajar untuk tidak mengulang luka yang sama.

Karena Indonesia tidak butuh darah lagi untuk tumbuh. Indonesia butuh doa, harapan, dan cinta yang tidak pernah habis bagi tanah ini.