TUroTUr5TpA6TUO7BSM0TfG0Ti==

Bisa Kah Rupiah Menguat di Tengah Perang Dunia Ketiga? Untung atau Buntung bagi Indonesia?


BANGSAHEBAT.COM
 - Bayangkan skenario mengerikan: Perang Dunia Ketiga benar-benar pecah. Semua negara besar terlibat, ekonomi global porak-poranda, dan sistem perdagangan internasional hancur berantakan. Di tengah situasi ini, muncul pertanyaan besar: apakah rupiah bisa justru menguat, atau malah semakin terpuruk?

1. Mekanisme Nilai Tukar dalam Perang

Nilai tukar rupiah ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran di pasar valuta asing. Saat perang global terjadi, banyak mata uang utama seperti dolar AS, euro, atau yuan bisa melemah karena negara-negara tersebut menjadi pusat konflik.

Di sisi lain, jika Indonesia relatif aman dari garis pertempuran, ada kemungkinan rupiah menjadi lebih stabil dibanding mata uang negara yang sedang bertempur. Namun, stabil bukan berarti langsung menguat—banyak faktor lain ikut berperan.

2. Skenario Rupiah Bisa Menguat

Ada kondisi tertentu yang bisa membuat rupiah justru menguat dalam skenario perang:

  • Netralitas Indonesia → Jika Indonesia mengambil posisi netral seperti saat Perang Dunia sebelumnya, negara ini bisa menjadi pusat perdagangan alternatif. Rupiah berpeluang menjadi mata uang yang lebih dipercaya dibanding mata uang negara yang hancur.
  • Lonjakan Komoditas Ekspor → Indonesia kaya dengan sumber daya alam seperti nikel, batu bara, minyak sawit, dan gas alam. Saat perang, permintaan terhadap komoditas strategis bisa melonjak tajam, sehingga mendongkrak cadangan devisa. Hal ini dapat memperkuat nilai rupiah.
  • Diversifikasi Perdagangan → Jika Indonesia mampu menjaga hubungan dagang dengan berbagai blok negara yang bertikai, aliran investasi bisa tetap masuk dan menopang kurs rupiah.

3. Risiko Rupiah Melemah

Namun di sisi lain, risiko pelemahan rupiah tetap sangat besar:

  • Ketidakstabilan Politik dan Keamanan → Investor asing akan lari jika situasi dalam negeri ikut kacau. Rupiah akan tertekan karena capital outflow.
  • Ketergantungan Impor → Indonesia masih bergantung pada impor pangan, energi, dan teknologi. Jika pasokan global terganggu, harga impor naik drastis, rupiah pun tertekan.
  • Tekanan Inflasi → Perang biasanya menyebabkan harga barang melonjak. Inflasi yang tinggi bisa menggerus daya beli masyarakat dan melemahkan nilai tukar rupiah.

BELA Berpendapat

Menurut saya, rupiah bisa menguat hanya dalam kondisi tertentu—yakni jika Indonesia berhasil menjaga stabilitas domestik, mengambil posisi strategis, dan memanfaatkan kekayaan alamnya. Namun, skenario itu tidak mudah. Tantangan terbesar justru datang dari dalam negeri: apakah kita siap secara pangan, energi, dan infrastruktur keuangan?

Jika tidak siap, perang dunia justru akan membuat rupiah terpuruk lebih dalam. Namun bila dikelola dengan cerdas, Indonesia berpotensi menjadi “pelabuhan aman” bagi ekonomi dunia, dan rupiah bisa jadi bintang baru di tengah gelapnya perang global.

Perang Dunia Ketiga bisa membuat rupiah menguat jika Indonesia netral, stabil, dan berhasil memanfaatkan ekspor komoditas strategis. Namun, jika sebaliknya, rupiah akan melemah akibat inflasi, ketergantungan impor, dan kaburnya investor.

Pada akhirnya, masa depan rupiah di tengah perang dunia bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga soal strategi geopolitik dan kesiapan nasional.

Pastikan Selalu Berkomentar Yang Baik, Tidak Menyinggung Ras, Suku, Agama dan Rasis

DAFTARKAN DIRIMU MENJADI BAGIAN DARI BANGSA HEBAT DENGAN MENDAFTAR ID BANGSA HEBAT, ADA UNDIAN BERHADIAH DAN JUGA UANG JUTAAN RUPIAH SETIAP BULANNYA. DAFTAR KLIK DISINI atau Cek id.bangsahebat.com

http://rumahsinggah.bangsahebat.com/
https://parpum.bangsahebat.com/

Type above and press Enter to search.