BANGSAHEBAT.COM - Beberapa hari terakhir, jagat maya ramai dengan isu bahwa akses internet global akan dihentikan lalu di-reset ulang. Katanya, server dunia akan disetel dari nol, semua data bisa hilang, dan kehidupan manusia akan kembali ke “jaman batu digital”.
Pertanyaan pertama saya: “Siapa yang bisa begitu pede mencabut colokan internet sedunia? Satpam kos-kosan juga butuh kunci induk buat matiin lampu, apalagi internet global.”
Fenomena ini menarik. Kita hidup di era di mana gosip digital lebih cepat viral ketimbang klarifikasi ilmiah. Begitu ada narasi “internet mau dimatikan”, netizen langsung bikin dua kubu:
- Kubu panik – buru-buru download semua drama Korea, takut enggak bisa nonton lagi.
- Kubu santai – percaya kalaupun internet padam, manusia tetap bisa hidup: makan pecel, main gaple, atau ngobrol di warung kopi.
Tapi mari kita kritis. Dunia memang sedang kacau: perang di beberapa negara, krisis pangan, perubahan iklim, sampai ekonomi global yang goyang. Di tengah ketidakpastian itu, kabar “internet direset” seakan menambah bumbu dramatis. Benar atau tidaknya? Bisa jadi sekadar gimmick global, agar masyarakat sibuk panik, sementara agenda-agenda besar tetap jalan tanpa gangguan.
Bayangkan sejenak: jika benar internet mati, siapa yang paling dirugikan? Bukan hanya tiktoker atau gamer, tapi juga perbankan, transportasi, bahkan rumah sakit. Itu artinya, mematikan internet sama saja mematikan denyut nadi dunia modern. Tidak semudah menekan tombol power di remote TV.
Namun, isu ini membuka mata kita: betapa rentannya manusia modern kalau terlalu menggantungkan hidup ke internet. Coba jujur: siapa yang masih hafal nomor telepon ibunya? Atau siapa yang bisa masak nasi tanpa rice cooker sambil lihat YouTube?
Jadi, kalaupun isu internet mati ini hanya hoaks atau teori konspirasi, ia mengajarkan satu hal: jangan sampai hidup kita sepenuhnya disetir oleh sinyal dan kuota. Kita harus punya cadangan — baik dalam keterampilan hidup, pengetahuan, maupun kebersamaan nyata.
Lucunya, kalau internet benar-benar padam, mungkin yang paling gembira justru para tetangga. Akhirnya orang keluar rumah, saling sapa, dan ngobrol lagi tanpa filter. Dunia jadi “offline”, tapi hati manusia bisa kembali “online”.
Isu “internet akan dimatikan” mungkin lebih clickbait ketimbang kenyataan. Tapi kalaupun itu hanya isapan jempol, mari kita ambil hikmahnya: jangan biarkan internet jadi satu-satunya nyawa kehidupan. Karena kalau semua serba disetel ulang, mungkin yang tersisa hanyalah kita — manusia, secangkir kopi, dan obrolan sederhana.
Pastikan Selalu Berkomentar Yang Baik, Tidak Menyinggung Ras, Suku, Agama dan Rasis
DAFTARKAN DIRIMU MENJADI BAGIAN DARI BANGSA HEBAT DENGAN MENDAFTAR ID BANGSA HEBAT, ADA UNDIAN BERHADIAH DAN JUGA UANG JUTAAN RUPIAH SETIAP BULANNYA. DAFTAR KLIK DISINI atau Cek id.bangsahebat.com