BANGSAHEBAT.COM - Setiap musim hujan tiba, Jakarta dan kota-kota besar kembali akrab dengan dua "langganan lama": banjir dan macet. Seperti serial drama yang diputar ulang, kita seakan sudah hafal alurnya—jalan tergenang, kendaraan terjebak, dan media ramai memberitakan. Pertanyaannya: sampai kapan?
Sering kali kita buru-buru menyalahkan pemerintah. "Saluran tidak beres," "infrastruktur kurang siap," "kebijakan salah arah." Semua itu mungkin ada benarnya. Tapi mari kita bercermin sebentar. Bukankah kita, rakyat kecil, juga punya andil dalam cerita ini?
Setiap kantong plastik yang dibuang sembarangan, setiap sampah yang mengendap di selokan, setiap keputusan malas naik transportasi umum dan lebih memilih kendaraan pribadi—semua itu adalah sumbangan kita terhadap macet dan banjir. Kadang kita lupa, masalah besar tidak selalu datang dari keputusan besar; ia lahir juga dari kebiasaan kecil yang dianggap sepele.
Tapi bukan berarti semua ini hanya soal menyalahkan. Justru di sini letak kesempatan kita. Banjir dan macet bisa jadi ujian untuk mengukur solidaritas kota. Bagaimana warga bisa bekerja sama menjaga lingkungan, bagaimana pemerintah memperbaiki sistem drainase dan transportasi, dan bagaimana kita semua belajar berbagi ruang.
Bayangkan jika setiap warga mulai disiplin buang sampah, mulai memberi contoh naik transportasi umum, dan pemerintah konsisten memperbaiki tata kota. Maka banjir dan macet tidak lagi jadi musibah tahunan, tapi cerita lama yang pelan-pelan bisa ditinggalkan.
Kota bukan hanya milik pejabat, bukan hanya milik pengembang, tapi milik kita semua. Dan kalau kita ikut menyumbang masalah, bukankah kita juga bisa ikut menyumbang solusi?
Pastikan Selalu Berkomentar Yang Baik, Tidak Menyinggung Ras, Suku, Agama dan Rasis
DAFTARKAN DIRIMU MENJADI BAGIAN DARI BANGSA HEBAT DENGAN MENDAFTAR ID BANGSA HEBAT, ADA UNDIAN BERHADIAH DAN JUGA UANG JUTAAN RUPIAH SETIAP BULANNYA. DAFTAR KLIK DISINI atau Cek id.bangsahebat.com