BANGSAHEBAT.COM - Dalam dunia politik Indonesia, ada satu “aliran” yang tidak tertulis dalam buku teori manapun, namun eksistensinya nyata: politik “Waton Enggih, Waton Seneng”. Istilah ini berasal dari bahasa Jawa: waton berarti “asal” atau “yang penting”, enggih berarti “iya”, dan seneng berarti “senang”. Jika diterjemahkan bebas: “Asal bilang iya, yang penting atasan senang.” Inilah bentuk politik pragmatis yang sering dipraktikkan oleh politisi atau kader yang mengutamakan restu pimpinan dibandingkan kebenaran atau prinsip.
Makna Filosofi Politik “Waton Enggih, Waton Seneng”
Politik ini berangkat dari budaya feodal yang masih melekat dalam banyak organisasi, termasuk partai politik. Prinsipnya sederhana: jangan melawan, jangan banyak tanya, yang penting setuju dan buat pemimpin bahagia. Akibatnya, keputusan politik sering tidak berdasarkan kajian objektif, tapi lebih pada siapa yang senang daripada apa yang benar.
Ciri-Ciri Politik “Waton Enggih, Waton Seneng”
- Anti Kritik ke Atasan – Setiap perbedaan pandangan dianggap pembangkangan.
- Restu di Atas Segalanya – Kebijakan atau pencalonan diukur dari siapa yang direstui, bukan dari kapasitas atau integritas.
- Kepentingan Pimpinan = Kepentingan Partai – Padahal idealnya kepentingan partai harus selaras dengan kepentingan rakyat.
- Reward untuk Loyalitas Buta – Kader yang selalu mengangguk dapat posisi strategis meski kurang kompeten.
Dampak Politik Model Ini
- Kualitas Pemimpin Menurun – Pemimpin terpilih lebih berdasarkan loyalitas daripada kapasitas.
- Partai Kehilangan Arah Ideologis – Fokus hanya pada menjaga hubungan internal, bukan membangun visi jangka panjang.
- Legislatif Melemah – Anggota dewan lebih sibuk menyenangkan bos partai ketimbang memperjuangkan aspirasi rakyat.
Kiblat Partai Seharusnya
Partai politik yang sehat harus berorientasi pada:
- Kepentingan Rakyat di Atas Kepentingan Pimpinan
- Kaderisasi Berbasis Kapasitas dan Integritas
- Keberanian Mengoreksi Pemimpin demi perbaikan visi dan misi
- Transparansi dan Akuntabilitas dalam setiap pengambilan keputusan
Politik “Waton Enggih, Waton Seneng” memang nyaman bagi sebagian orang, tapi mematikan idealisme politik itu sendiri.
Kalau politik terus dijalankan dengan model asal iya, asal senang, maka demokrasi akan menjadi panggung sandiwara yang penuh tepuk tangan tapi tanpa isi. Partai harus berani membalik paradigma: bukan rakyat yang mengikuti maunya pemimpin, tapi pemimpin yang mengikuti amanat rakyat.
Wahai kader muda, janganlah politikmu hanya berhenti di bibir “enggih” dan hati “seneng” demi bos. Politik sejati adalah ketika “Enggih untuk kebenaran, Seneng karena rakyat sejahtera.”
Pastikan Selalu Berkomentar Yang Baik, Tidak Menyinggung Ras, Suku, Agama dan Rasis
DAFTARKAN DIRIMU MENJADI BAGIAN DARI BANGSA HEBAT DENGAN MENDAFTAR ID BANGSA HEBAT, ADA UNDIAN BERHADIAH DAN JUGA UANG JUTAAN RUPIAH SETIAP BULANNYA. DAFTAR KLIK DISINI atau Cek id.bangsahebat.com