Politik Lesehan: Merendah untuk Menaikkan – Strategi Kedekatan yang Bisa Membawa Naik atau Terperosok

BANGSAHEBAT.COM - Dalam dunia politik Indonesia yang penuh dinamika, strategi kedekatan dengan rakyat selalu menjadi senjata ampuh. Salah satunya adalah “politik lesehan” — duduk setara dengan rakyat, berbicara tanpa jarak, dan menyerap aspirasi langsung dari sumbernya. 

Filosofi ini sederhana: seperti air yang mengalir ke bawah, justru ia mampu mengisi ruang kosong dan memberi kehidupan di sekitarnya. Namun, apakah semua “lesehan” itu tulus?

Politik lesehan bukan sekadar gaya, tapi metode komunikasi yang membumi. Saat seorang politisi duduk di warung kopi, beralaskan tikar bambu, atau bercengkerama di pasar tradisional, ia mengirim pesan bahwa dirinya tidak lebih tinggi dari rakyat. 

Psikologi kedekatan ini menciptakan rasa percaya karena rakyat merasa didengar, bukan dihakimi.

Dampak Besar

1. Psikologi Membangun Kedekatan Rakyat
   Rakyat lebih mudah terbuka pada figur yang mau menyamakan posisi. Rasa “kita sama” ini memperkuat ikatan emosional dan membuat pesan politik lebih mudah diterima.

2. Efek Jangka Panjang terhadap Elektabilitas
   Kedekatan yang konsisten bisa mengakar menjadi loyalitas. Elektabilitas bukan dibangun dari baliho besar semata, tetapi dari kesan personal yang diingat bertahun-tahun.

3. Bahaya Jika Hanya Jadi Pencitraan
   Rakyat semakin cerdas. Jika politik lesehan hanya dilakukan saat kampanye dan hilang setelah duduk di kursi empuk, maka efeknya bisa berbalik: kepercayaan runtuh, citra hancur.

Kesimpulan
Politik lesehan adalah seni merendah untuk menaikkan. Ia bisa menjadi jembatan kokoh antara pemimpin dan rakyat, atau justru jebakan jika niatnya tak tulus.

Mari kita sebagai rakyat juga kritis: sambut pemimpin yang mau turun lesehan, tapi jangan lupa menagih komitmen setelahnya. Karena merendah itu indah, tapi hanya jika benar-benar untuk mengangkat bersama.