BANGSAHEBAT.COM - Pinjaman online berbasis syariah kini makin marak ditawarkan di media sosial. Dengan embel-embel “halal”, banyak orang tergiur karena dianggap tanpa riba. Tapi benarkah semua pinjol syariah sesuai prinsip Islam, atau cuma ganti nama biar laku? RBR kali ini membahas tuntas dari sisi logika, etika, dan kenyataan di lapangan.
🗣️ RAMA:
Ranti, aku barusan ditawari pinjol syariah. Katanya halal, tanpa riba. Bunganya diganti jadi “ujrah”. Menarik juga sih…
🟪 RANTI:
Eh, aku juga pernah lihat iklannya. Kayak adem gitu. Warnanya hijau, ada lafadz Arabnya.
Tapi... beneran aman ya?
🟫 BONO:
Heh, kalian ini… jangan gampang silau sama label. Syariah itu sistem, bukan cuma stiker. Kowe pikir diganti nama terus jadi suci?
🗣️ RAMA:
Tapi katanya ada akadnya, terus mereka bilang diawasi dewan syariah.
🟫 BONO:
Dewan syariah-nya siapa? Lha wong kalau telat bayar tetep dikasih denda, terus ditagihnya tetep galak, bahkan ngancem… bedanya apa sama pinjol biasa?
🟪 RANTI:
Waduh, aku pikir syariah itu berarti penuh kelembutan dan kasih sayang…
🟫 BONO:
Teorinya iya, prakteknya? Coba baca testimoninya. Banyak yang masih trauma ditagih, padahal namanya "syariah".
🗣️ RAMA:
Jadi intinya, meskipun berlabel syariah, kita harus tetap cek sistem dan niatnya ya?
🟫 BONO:
Persis. Jangan sampai cuma karena ada embel-embel "syariah", kita jadi lengah.
Yang penting bukan seberapa islami namanya, tapi seberapa adil dan manusiawi layanannya.
🟪 RANTI:
Iya ya… jangan-jangan selama ini kita minjem bukan karena butuh, tapi karena kemasan.
Pinjol syariah belum tentu bebas dari praktik bermasalah. Masyarakat perlu jeli membedakan mana yang benar-benar sesuai prinsip Islam dan mana yang cuma rebranding. RBR sepakat: jangan mudah percaya hanya dari nama.
Komentar0
Pastikan Selalu Berkomentar Yang Baik, Tidak Menyinggung Ras, Suku, Agama & Rasis