BANGSAHEBAT.COM - Di balik jabatan, sering kali ada "orang dalam".
Patronase bukan lagi rahasia: mereka yang setia dan loyal pada tokoh atau elite tertentu akan lebih mudah mendapat proyek, posisi, bahkan perlindungan hukum.
Sistem merit? Lupakan. Di panggung politik kita, kedekatan sering lebih penting daripada kemampuan.
Di SPESIAL POLITIK edisi ini, kita kupas tuntas praktik patron-klien dalam politik Indonesia. Bareng empat tokoh andalan, siap-siap menyelam ke relasi kuasa yang membungkus banyak keputusan publik.
🎭 JUDUL SKETSA: “Siapa Bosmu? Siapa Nasibmu!”
🎙️ Dialog SPESIAL POLITIK
[Adegan dibuka: Keempat tokoh duduk dalam kantor mewah. Di dinding, terpajang peta kekuasaan bertuliskan “Jalur Dekat = Jalur Cepat”]
PUTRI (membuka folder):
"Data ini menunjukkan 60% jabatan strategis diisi orang yang punya hubungan langsung dengan elite partai atau kepala daerah."
BANGSA (menyeringai):
"Hah! Jadi sekarang tes masuk birokrasi cukup ngisi: 'Siapa bosmu?' Bukan nilai TOEFL atau IPK."
KORENYA (menghela napas, filosofis):
"Patronase adalah cermin kekuasaan yang berbasis loyalitas, bukan kompetensi. Relasi menjadi mata uang politik yang menggantikan prestasi."
PUPU (dingin dan jelas):
"Sulit memberantas korupsi kalau semua posisi strategis diisi 'orang titipan'. Akuntabilitas itu musuh utama patron."
BANGSA (berpura-pura jadi pejabat):
"'Saya jadi staf ahli karena dekat sama Pak X sejak dia masih camat!' Gitu ceritanya..."
PUTRI (mengangguk):
"Yang berbahaya, loyalitas ini sering dibayar dengan anggaran publik. Proyek dikasih ke kroni, bukan ke yang punya kualitas."
KORENYA (menatap langit-langit):
"Dalam politik patronase, rakyat jadi angka statistik. Yang diurus hanya relasi, bukan aspirasi."
BANGSA (menirukan jargon):
"'Dekatkan diri Anda ke elite, maka jalan Anda menuju kekuasaan akan terbuka lebar.'"
PUPU (tegas):
"Bukan hanya nepotisme, ini merusak sistem pemerintahan dari dalam. Kita bukan negara feodal."
PUTRI (menutup pembahasan):
"Yang pantas bukan yang dekat. Dan kedekatan pribadi tak bisa jadi alasan menentukan masa depan publik."
Patronase politik menciptakan kasta baru dalam demokrasi: kasta mereka yang ‘dekat dengan kekuasaan’. Padahal jabatan publik seharusnya dipenuhi oleh yang mampu, bukan yang akrab.
Merasa gak sih, orang yang dipromosikan di pemerintahan kayak hasil “arisan loyalitas”?
Yuk bareng SPESIAL POLITIK bongkar pola ini dengan canda, data, dan logika!
🌐 www.BangsaHebat.com
🗣️ "Yang Spesial Aja Kita Bahas Di Sini!"
Pastikan Selalu Berkomentar Yang Baik, Tidak Menyinggung Ras, Suku, Agama dan Rasis
DAFTARKAN DIRIMU MENJADI BAGIAN DARI BANGSA HEBAT DENGAN MENDAFTAR ID BANGSA HEBAT, ADA UNDIAN BERHADIAH DAN JUGA UANG JUTAAN RUPIAH SETIAP BULANNYA. DAFTAR KLIK DISINI atau Cek id.bangsahebat.com