Masa Depan Kok Dijual di Marketplace? Politik Kita Kayak Flash Sale

BANGSAHEBAT.COM - Di tengah hiruk-pikuk politik Indonesia, muncul fenomena aneh tapi nyata: kursi jabatan dan kebijakan sering terlihat seperti barang dagangan di marketplace. Seolah masa depan bangsa bisa dimasukkan ke keranjang belanja, diberi voucher politik, lalu di-checkout. 

Fenomena ini bikin masyarakat bertanya-tanya, apakah politik kita masih tentang amanah rakyat atau sekadar soal siapa yang punya modal belanja lebih besar?

🎭 Dialog RBR

Rama:
“Kalian sadar nggak sih, politik kita ini sekarang kayak marketplace. Kursi jabatan kayak barang diskon, rebutan siapa yang paling cepat check out.”

Bono:
“Haha, iya, Ram. Malah ada voucher politik. Kalau punya ‘kode khusus’ alias jaringan kuat, harga kekuasaan bisa lebih murah. Yang nggak punya? Ya cuma bisa lihat doang.”

Ranti:
“Lho, tapi masa iya masa depan bangsa disamain kayak belanja online? Kok lucu, ya. Padahal kan harusnya politik itu serius, buat ngurusin rakyat.”

Bono:
“Rant, justru itu masalahnya. Kalau politik dianggap barang dagangan, ya wajar aja kalau kebijakan nanti jadi kayak barang palsu—banyak janji, tapi kualitas abal-abal.”

Rama:
“Aku jadi kepikiran, jangan-jangan pemimpin kita dipilih bukan karena visi dan integritas, tapi siapa yang paling mampu kasih ‘free ongkir’ buat partai atau tim sukses.”

Ranti:
“Hadeh… Jadi nanti rakyat cuma kebagian ‘bonus cashback janji manis’, ya? Tapi barang aslinya nggak pernah sampai.”

Bono:
“Tepat banget. Makanya kita harus sadar, politik itu bukan flash sale. Ini soal masa depan bangsa, bukan soal diskon atau promo.”

Dialog RBR kali ini menyoroti politik Indonesia yang kerap terlihat seperti marketplace: jabatan dan kebijakan diperlakukan bak barang dagangan dengan voucher, diskon, hingga cashback janji manis. 

Pesannya jelas, politik bukanlah flash sale — melainkan tanggung jawab moral demi masa depan bangsa.