Kalau Semua Orang Pinter, Siapa yang Mau Jadi Pendengar?

BANGSAHEBAT.COM - Di era media sosial, semua orang merasa paling tahu, paling benar, dan paling layak bicara. Tapi, pernahkah terpikir, kalau semua jadi pembicara, siapa yang akan jadi pendengar? Rama, Bono, dan Ranti mencoba membahasnya dengan cara mereka sendiri.

Rama:
(semangat banget)
"Menurutku, kalau banyak orang pinter itu keren banget, Bon, Ran! Bayangin aja, bangsa kita jadi maju karena isinya orang-orang cerdas semua. Diskusi jadi rame, ide jadi melimpah!"

Bono:
(menggeleng, agak sinis)
"Halah, Ram. Kamu lupa ya? Kalau semua orang sibuk ngomong, siapa yang mau dengerin? Diskusi bukan cuma adu mulut. Butuh yang mau nerima, nyimak, dan ngerti. Kalau nggak, yang ada cuma ribut doang, kayak warung kopi pas lagi debat bola."

Ranti:
(ngomong polos sambil nyengir)
"Kalau gitu, biar aku aja deh yang jadi pendengar. Tapi syaratnya, kalian jangan teriak-teriak. Kupingku sakit nanti."

Rama:
(ketawa kecil)
"Wah, kalau gitu kamu pahlawan banget, Ran. Bangsa butuh pendengar kayak kamu."

Bono:
(nyolek Rama)
"Ya, masalahnya nggak semua orang mau jadi kayak Ranti. Padahal, politik, sosial, bahkan demokrasi itu nggak hidup kalau nggak ada yang mau mendengar. Orang pinter tanpa pendengar sama aja kayak orkestra tanpa penonton—ramai tapi nggak berarti."

Ranti:
(sambil mengunyah keripik)
"Berarti, selain jadi pinter, orang juga harus belajar diem, ya? Biar ada keseimbangan."

Rama & Bono:
(kompak)
"Setuju!"

Dialog RBR kali ini menekankan bahwa bangsa tidak hanya butuh orang pintar yang pandai bicara, tapi juga butuh orang yang tulus mau mendengar. Tanpa pendengar, demokrasi dan ilmu tidak akan berkembang, hanya jadi ajang teriak-teriak tanpa hasil.