BANGSAHEBAT.COM - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali menorehkan gebrakan besar! Kali ini, lembaga antirasuah menyita uang sekitar Rp10 miliar terkait dugaan korupsi dalam pengadaan EDC (Electronic Data Capture) di Bank Rakyat Indonesia (BRI). EDC adalah alat penting dalam mendukung transaksi digital — tapi ternyata pengadaannya justru disusupi oleh dugaan korupsi berjemaah.
⠀
Kasus ini tidak hanya menyangkut uang negara, tapi juga menodai upaya transformasi digital perbankan nasional. Rakyat bertanya-tanya: apakah alat transaksi nirsentuh ini justru menyentuh tangan-tangan kotor?
Langsung aja kita simak reaksi Rama, Bono, dan Ranti dalam gaya ngopi sambil nyindir cerdas ala RBR!
💬 DIALOG RBR: “EDC-nya Digital, Tapi Korupsinya Manual!”
📍Lokasi: Warung Kopi Pak Wi — Pojok Pasar
☕️Topik: Korupsi Pengadaan EDC BRI, Rp10 Miliar Disita
Rama:
Waduh Bon, Ran… KPK baru aja nyita Rp10 miliar dari kasus pengadaan alat EDC BRI. Ini alat buat transaksi digital, lho!
Ranti:
Hah? Itu loh yang suka dipakai buat gesek kartu ATM atau debit? Kok bisa korupsi juga sih?
Bono:
Nah itu dia. Harusnya kan alat ini bantu transaksi makin efisien, tapi ternyata pengadaannya malah jadi ladang bancakan. KPK bilang ada indikasi mark-up, dan pengadaan fiktif. Klasik!
Rama:
Bayangin ya, kita rakyat disuruh cashless, disuruh melek digital, eh pejabatnya malah cash-in sendiri ke kantong pribadi!
Ranti:
Ironi banget ya. Alatnya modern, tapi mentalnya purba. Ujung-ujungnya ya duit rakyat lagi yang melayang.
Bono:
Bener. Dan kalau dilacak, ini gak cuma satu-dua orang. KPK udah panggil beberapa saksi penting dari pihak swasta dan internal bank.
Rama:
Harus dibongkar sampe akar-akarnya. Jangan cuma nangkep “tangan operator”, tapi juga pencetus ide korupsinya.
Ranti:
Gue heran deh, Bon. Kok kayaknya setiap ada proyek pengadaan barang negara — dari sepatu tentara sampe alat EDC — pasti ada aroma amis.
Bono:
Karena sistem pengadaan kita masih rentan dimainin. Kalau gak ada pengawasan, gampang banget dikemplang lewat proyek-proyek begini.
Rama:
Dan yang rugi bukan cuma negara. Kalau alat EDC-nya abal-abal, nanti rakyat juga susah transaksi. Bisa gagal gesek, gagal belanja, gagal hidup sehat!
Ranti:
KPK sih katanya masih terus telusuri aliran dananya. Semoga gak berhenti di penyitaan, tapi juga penjara buat pelakunya.
Bono:
Iya. Transaksi boleh digital, tapi moral gak boleh hilang sinyal. Peringatan buat semua lembaga: jangan permainkan teknologi untuk memperkaya diri.
Kasus korupsi EDC ini adalah potret menyedihkan dari transformasi digital yang disabotase mental feodal. Uang rakyat sebesar Rp10 miliar disita, tapi siapa tahu berapa yang belum terendus?
RBR pamit dulu, tapi jangan lupa…
"Kalau alat EDC bisa gesek uang, jangan biarkan pejabat gesek kepercayaan!"
Komentar0
Pastikan Selalu Berkomentar Yang Baik, Tidak Menyinggung Ras, Suku, Agama & Rasis