BANGSAHEBAT.COM - Politik di Indonesia kerap kali seperti bisnis keluarga.
Banyak nama besar di DPR, kepala daerah, hingga menteri yang ternyata punya hubungan darah dengan pejabat sebelumnya. Dari sang ayah yang gubernur, anaknya jadi bupati. Dari ibunya ketua partai, anaknya langsung nyalon legislatif.
Ini bukan drama sinetron, ini realita panggung politik Indonesia!
Di edisi SPESIAL POLITIK kali ini, mari kita kupas tuntas dengan gaya cerdas dan jenaka bareng Putri, Bangsa, Korenya, dan Pupu, soal politik dinasti—atau yang lebih dikenal sebagai: Politik Klan.
🎭 JUDUL SKETSA: “Dari Ayah ke Anak, Dari Kursi ke Kursi”
🎙️ Dialog SPESIAL POLITIK
[Adegan dibuka: Keempat tokoh duduk di meja bundar, penuh papan nama: Ayah, Ibu, Anak, Mantu, Cucu.]
PUTRI (membuka dokumen):
"Saya menemukan satu keluarga yang semua anggotanya duduk di kursi pemerintahan. Total lima posisi politik dipegang satu marga."
BANGSA (tercengang):
"Itu sih bukan keluarga lagi, itu partai dengan Kartu Keluarga!"
KORENYA (mengangguk pelan):
"Dalam konteks demokrasi, ini menunjukkan lemahnya kaderisasi partai dan dominasi figuristik."
BANGSA (mencibir):
"Bahasanya ribet! Maksudnya: yang lain nggak dikasih kesempatan karena yang punya partai cuma mereka-mereka juga, ya kan?"
PUPU (tersenyum sinis):
"Kalau kamu dekat dengan kekuasaan, kamu bisa dekat dengan peluang. Kalau kamu anak penguasa, peluangnya nempel sejak bayi."
PUTRI (heran):
"Masalahnya, banyak yang naik bukan karena prestasi, tapi karena nama belakangnya!"
BANGSA (berpura-pura jadi elite):
"'Selamat ya nak, besok kamu kuliah di jurusan Ilmu Warisan Kekuasaan'..."
KORENYA (tenang):
"Padahal konstitusi menginginkan meritokrasi, bukan monarki terselubung."
BANGSA (teriak pelan):
"Meritokrasi? Mana bisa merit kalau kursinya diwariskan kayak kos-kosan!"
PUPU (nada dingin):
"Dan ketika kritik muncul, mereka bilang ‘ini hak politik setiap warga negara’. Ya, tapi kan warga negaranya selalu mereka lagi."
PUTRI (menutup):
"Rakyat harus jeli. Kita bukan pilih siapa anak siapa, tapi siapa yang pantas dan terbukti kerja!"
Politik seharusnya tempat gagasan bertanding, bukan tempat warisan berpindah tangan. Ketika demokrasi jadi panggung keluarga, maka rakyat cuma jadi penonton drama dinasti.
Kamu muak lihat baliho politik isinya cuma 'Putra Bupati', 'Anak Ketua Dewan', atau 'Istri Gubernur'?
Ayo bareng kami bongkar pola ini lewat obrolan cerdas dan jenaka di SPESIAL POLITIK!
🌐 www.BangsaHebat.com
🗣️ "Yang Spesial Aja Kita Bahas Di Sini!"
Komentar0
Pastikan Selalu Berkomentar Yang Baik, Tidak Menyinggung Ras, Suku, Agama & Rasis