KEPERCAYAAN YANG KANDAS

KEPERCAYAAN YANG KANDAS

Monolog Bangsa, 01 Agustus 2025

(Suara pelan, datar, seolah kecewa tapi masih berusaha tenang)
Dulu… aku percaya.
Percaya bahwa mereka yang duduk di kursi sana adalah orang-orang terpilih.
Orang-orang yang kami beri mandat,
kami beri suara,
kami beri harapan...

Kami percaya mereka akan menjadi suara kami,
mewakili jeritan kami,
menyuarakan tangis rakyat kecil yang tidak sempat masuk berita.

(Nada mulai getir)
Tapi ternyata...
suara kami dijual murah di ruang rapat.
Aspirasi kami ditukar proyek.
Dan kepercayaan kami—
dirobek, diludahi, dilupakan.

(Hening sejenak, lalu menatap tajam)
Kami dulu memanggil mereka “wakil rakyat”
Tapi hari ini,
rakyat seperti tidak pernah merasa diwakili.

Yang mereka wakili…
adalah kelompoknya sendiri.
Partainya sendiri.
Kepentingan dompetnya sendiri.

(Nada marah yang tertahan)
Setiap kali ada yang tertangkap KPK,
setiap kali terungkap suap, markup, proyek fiktif—
aku merasa ditampar.
Bukan karena kaget…
tapi karena lagi-lagi harus menerima kenyataan bahwa kepercayaanku ternyata salah alamat.

(Menunduk, pelan)
Kami hanya ingin dipercaya kembali.
Kami hanya ingin…
ada satu saja dari kalian, yang betul-betul jujur.
Yang tidak tergoda oleh gemerlap jabatan,
yang tidak lupa bahwa tanggung jawab itu bukan hak, tapi beban.

(Mata menatap jauh, lalu senyum kecil getir)
Tapi mungkin…
itu terlalu muluk ya?

(Suara lirih, tapi tegas)
Meski begitu, kami tidak akan berhenti berharap.
Karena bangsa ini terlalu besar untuk dikhianati terus-menerus.
Dan kepercayaan, walau luka…
masih bisa tumbuh kembali
jika kalian mau jujur…
walau sekali saja.