BANGSAHEBAT.COM - (Setting: Warung kopi pinggir jalan, suara radio menyala pelan memutar berita tentang kasus Tom Lembong yang dituntut 7 tahun penjara karena dugaan korupsi impor gula. Ranti sedang memainkan sendok, Bono membaca berita, Rama gelisah menatap layar ponsel.)
🎠Dialog RBR – Gaya Ringan tapi Tajam
Rama:
Hah?! Serius Bang Tom Lembong dituntut 7 tahun? Yang dulu pejabat elite itu? Gak nyangka aku…
Bono:
Yang kamu gak nyangka itu... dia korupsi, atau karena akhirnya ada yang nyentuh lingkaran atas?
Ranti:
Aku bingung, kenapa sih orang-orang pintar malah sering terlibat kasus kayak gini? Bukannya mereka udah cukup segalanya?
Bono:
Karena "cukup" itu bukan soal isi dompet, Ran. Tapi soal isi hati. Korupsi itu penyakit tamak. Mau setinggi apapun sekolahmu, kalau rakus ya jatuh juga.
Rama:
Tapi 7 tahun tuh... pantas gak sih? Mengingat ini soal gula yang berdampak langsung ke perut rakyat?
Bono:
Nah itu. Gula itu bukan sekadar komoditas. Ini urusan perut, harga pasar, bahkan kehidupan petani tebu lokal. Ini korupsi yang manis rasanya buat mereka, tapi pahit buat rakyat.
Ranti:
Jadi... korupsi tuh bukan cuma soal nyolong uang ya?
Bono:
Tepat! Kadang bentuknya manipulasi izin, monopoli kuota impor, atau permainan harga. Tapi efeknya sama aja: rakyat yang sengsara.
Rama:
Aku jadi makin yakin, politik itu butuh orang jujur yang ngerti penderitaan rakyat… bukan yang cuma pinter presentasi di forum-forum luar negeri.
Ranti:
Aku cuma berharap satu: hukum jangan pilih-pilih. Kalau bersalah, ya dihukum. Jangan liat siapa dia, tapi apa yang dia lakukan.
Bono:
Itulah harapan kita semua, Ran. Tapi kita juga gak bisa cuma berharap. Kita harus terus kawal, suarakan, dan ingatkan. Kalau kita diam... sistemnya akan terus manis buat para pencuri.
Catatan Penutup:
Dialog ini menunjukkan dinamika antara harapan muda (Rama), kepolosan moral (Ranti), dan kedalaman analisis (Bono), dalam menyikapi kasus Tom Lembong dengan gaya khas RBR: reflektif, tajam, tapi membumi.
0Komentar