BANGSAHEBAT.COM - Skandal Chromebook Rp9,9 Triliun kembali bikin geger jagat maya. Isu ini tidak hanya menggambarkan bagaimana proyek pendidikan bisa jadi ladang basah, tapi juga menunjukkan bahwa semangat digitalisasi bisa disulap jadi peluang korupsi berjamaah. RBR pun buka suara dalam obrolan kritis mereka kali ini.
RAMA:
Kalian denger, nggak? Kasus pengadaan Chromebook yang nilainya Rp9,9 triliun itu lagi disorot KPK. Masuk proyek pendidikan, tapi malah baunya korupsi?
BONO:
Aku udah baca, Ram. Modusnya klasik, markup harga. Barang kualitas rendah, tapi dijual dengan harga langit. Teknologi dijadikan tameng, pendidikan dijadikan alat.
RANTI:
Lah, itu namanya bukan buat merdeka belajar, tapi merdeka nyolong anggaran! Anak-anak butuh kualitas, malah dikasih proyek busuk!
RAMA:
Padahal, kalau niatnya tulus, teknologi bisa bantu pemerataan akses belajar. Tapi kalau gini caranya, yang pintar malah yang ngatur proyeknya!
BONO:
Yang lebih nyesek, ini bukan cuma kasus pencurian uang negara... tapi juga pencurian masa depan generasi muda. Korupsi di sektor pendidikan itu kayak nyampurin racun ke air minum!
RANTI:
Dan lucunya, ketika rakyat nanya: “Kenapa Chromebook-nya lemot, Mas?” Jawabnya: “Itu bukan korupsi, itu inovasi!”
Duh, mbok ya waras!
RAMA:
Ini saatnya rakyat nanya lebih keras. Kalau teknologi pendidikan dikelola korup, apa kabar masa depan?
BONO:
Dan kalau pelakunya nggak dihukum tegas, jangan salahkan kalau rakyat makin malas percaya pada program pemerintah.
Dialog RBR menyoroti kasus Chromebook Rp9,9 triliun sebagai bukti bahwa sektor pendidikan masih rawan disalahgunakan. Mereka menegaskan bahwa digitalisasi seharusnya meningkatkan kualitas belajar, bukan jadi celah korupsi. Pendidikan harusnya bersih dari permainan kotor elite.
Komentar0
Pastikan Selalu Berkomentar Yang Baik, Tidak Menyinggung Ras, Suku, Agama & Rasis