BANGSAHEBAT.COM - (Setting: Masih di kafe yang sama. Kali ini suasananya lebih tenang. Bono baru selesai menyesap kopinya, Ranti menggulir ponselnya pelan, Rama sedang membuka berita dari Liputan6.)
Rama:
Waduh... sekarang giliran Charles Sitorus ya? Eks bos PT PPI, dituntut 4 tahun penjara. Ini impor gula lagi-lagi jadi masalah.
Bono:
Masalahnya bukan cuma soal siapa yang ditangkap, tapi kenapa sistemnya selalu memberi ruang buat korupsi model begini.
Ranti:
Aku heran deh... kenapa sih gula? Kenapa gak pernah selesai kasus-kasus soal gula?
Bono:
Karena gula itu manis… dan manis itu menggoda. Terutama buat mereka yang punya kuasa distribusi dan kuota impor.
Rama:
Tapi kalau dilihat, 4 tahun itu lebih ringan dari kasus Tom Lembong yang 7 tahun. Padahal dua-duanya soal impor gula juga. Ini artinya apa?
Bono:
Artinya, dalam dunia korupsi, besaran hukuman bisa tergantung seberapa kuat relasi dan seberapa kompleks permainan hukumnya.
Ranti:
Tapi harusnya hukum tuh adil ya? Kalau rakyat kecil nyuri ayam bisa dihukum berat, masa yang korupsi miliaran cuma 4 tahun?
Bono:
Itulah kenapa kita harus waspada. Korupsi itu bukan cuma soal uang, tapi soal tatanan moral bangsa. Kalau dibiarkan, kita makin terbiasa dengan kebusukan yang dianggap biasa.
Rama:
Aku mikir, gimana kalau sistem impor kita dirombak total? Petani lokal diberdayakan, produksi gula nasional diperkuat?
Bono:
Nah! Itu solusi jangka panjang. Selama kita terus tergantung pada impor, selama itu pula permainan kotor akan terus hidup di balik "gula-gula manis" yang katanya demi rakyat.
Ranti:
Jadi... rakyat cuma dapat rasa manisnya di iklan, tapi pahitnya di harga pasar?
Bono:
Persis, Ran. Dan tugas kita, bukan hanya menonton berita... tapi mengingatkan, menyuarakan, dan menuntut perubahan.
📌 Catatan Penutup:
RBR menanggapi dengan gaya khas mereka: ringan, reflektif, dan berani menyuarakan akar masalah. Mereka bukan hanya bicara orangnya, tapi sistem yang membusuk dan perlu dibenahi.
0Komentar