BANGSAHEBAT.COM - Halo para pembaca BangsaHebat, saya KORENYA, kembali hadir untuk membedah tuntas satu topik yang makin terasa menjelang pemilu: Partai politik sibuk mengejar jumlah kursi, tapi lupa menyiapkan pemimpin.
Fenomena ini terjadi di hampir seluruh spektrum politik kita. Ketika calon legislatif atau kepala daerah lebih banyak “dicomot” dari kalangan kaya, tokoh populer, hingga selebritas, kita patut bertanya: di mana kader asli partai berada?
1. Minim Kaderisasi, Banyak Comotan
Realitas di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar partai tidak menyiapkan kader secara sistematis dan ideologis. Sebaliknya:
- Figur yang kaya dan viral justru lebih cepat mendapat tiket pencalonan.
- Kriteria elektabilitas dan logistik jadi prioritas, bukan kapabilitas atau rekam jejak dalam memperjuangkan nilai partai.
- Banyak partai malah membentuk “tim sukses” dadakan daripada membina sekolah politik yang berkelanjutan.
Akibatnya, parlemen dan jabatan publik kini dipenuhi wajah-wajah populer, tapi sering kali lemah dalam memahami konstitusi, fungsi legislasi, apalagi prinsip check and balance.
2. Partai Menjadi Agen Pemegang Kekuasaan, Bukan Penjaga Nilai
Ketika partai hanya mengejar kekuasaan tanpa kader, maka ia kehilangan kiblat politiknya.
👉 Seharusnya partai:
- Menjadi mesin ideologis yang menyaring kader dengan integritas dan kompetensi.
- Menjaga jalur perjuangan politik sesuai AD/ART partai.
- Mengedepankan proses kaderisasi berjenjang, bukan lompat pagar demi elektabilitas sesaat.
Namun kini banyak partai justru menjadi kendaraan pribadi elite, tempat di mana kekuasaan dinegosiasikan, bukan dijalani sebagai amanah rakyat.
3. Kenapa Ini Berbahaya?
➡️ Karena kita tak sedang memilih pedagang, selebgram, atau figur viral…
Tapi kita memilih wakil rakyat dan pemimpin pemerintahan.
Tanpa kader yang:
- paham hukum,
- kuat di ideologi partai,
- berpengalaman dalam advokasi publik,
…maka kita mencetak penguasa yang tak tahu arah, dan partai yang tak punya kompas.
4. Refleksi KORENYA: Arah Kiblat Partai Harus Tegak
Saya, KORENYA, percaya partai politik bukan sekadar organisasi pemilu. Ia adalah penjaga nilai dan penjaring pemimpin masa depan.
Kalau sekarang partai hanya sibuk menjaring tokoh yang penting viral, yang penting punya dana, atau yang penting bisa “beli nomor urut”, maka:
🔴 Kita tidak sedang membangun demokrasi,
tapi sedang membiarkan sistem dikuasai oleh “pasar kekuasaan.”
Kiblat partai harus dikembalikan pada empat hal:
- Ideologi yang jelas
- Kaderisasi berjenjang
- Rekam jejak pelayanan publik
- Independensi dari oligarki kekuasaan
Demokrasi tak akan tumbuh sehat jika partai terus bermental makelar kursi. Sudah saatnya partai politik memperkuat kaderisasi, bukan komersialisasi pencalonan.
Pastikan Selalu Berkomentar Yang Baik, Tidak Menyinggung Ras, Suku, Agama dan Rasis
DAFTARKAN DIRIMU MENJADI BAGIAN DARI BANGSA HEBAT DENGAN MENDAFTAR ID BANGSA HEBAT, ADA UNDIAN BERHADIAH DAN JUGA UANG JUTAAN RUPIAH SETIAP BULANNYA. DAFTAR KLIK DISINI atau Cek id.bangsahebat.com