BANGSAHEBAT.COM - Kawan-kawan, mari kita duduk sebentar, hirup napas panjang, lalu lihat sekeliling. Pemilu sudah selesai. Entah itu pilpres, pileg, atau pilkada—yang jelas, kita semua sudah memilih. Nah, kalau prosesnya sudah usai, bukankah seharusnya kita kembali merajut persatuan? Politik memang medan kompetisi, tapi tidak seharusnya menjadi medan perang tanpa akhir.
Politik Itu Kompetisi, Bukan Dendam Turun-Temurun
Bayangkan pertandingan sepak bola. Ketika peluit panjang berbunyi, semua pemain saling berjabat tangan, walau tadi di lapangan saling serobot bola. Itulah seharusnya politik: ada masa bertarung, ada masa membangun bersama. Tapi sayangnya, di negeri kita, ada yang terus merasa “laga belum selesai”, bahkan setelah pemenang diumumkan.
Politik bukan soal “siapa yang kalah harus hilang dari peta”, melainkan siapa yang menang memimpin dengan amanah, dan yang kalah ikut mengawal demi kebaikan bersama.
Kiblat Politik Seharusnya: Cinta Tanah Air
Kalau kita mau jujur, akar dari semua perpecahan pasca-pemilu adalah karena ego yang lebih besar dari rasa cinta tanah air. Padahal, cinta Indonesia seharusnya mengalahkan perbedaan warna bendera partai.
- Ketika Partai A memimpin, kita dukung program baiknya.
- Ketika Partai B memimpin, kita pun lakukan hal yang sama. Karena toh, kekuasaan itu bergilir. Setiap 5 tahun rakyat punya hak menentukan, jadi mengapa harus memusuhi saudara sendiri hanya karena beda pilihan kemarin?
Jangan Terjebak dalam “Perang Tak Berkesudahan”
Kalau kita terus terjebak dalam logika “kubu saya” dan “kubu kamu”, maka energi bangsa akan habis untuk berdebat, bukan membangun. Bayangkan jika separuh saja tenaga dan pikiran kita pasca-pemilu digunakan untuk gotong royong, memperkuat ekonomi, pendidikan, dan teknologi—Indonesia akan jauh melesat.
Politik itu seperti lomba perahu di sungai: ketika lomba dimulai, semua dayung bekerja keras untuk menang. Tapi ketika lomba selesai, kita semua kembali ke dermaga yang sama—Indonesia. Tidak ada gunanya membakar jembatan atau merusak dermaga hanya karena perahu kita kalah.
Ingatlah, merah-putih kita sama, tanah air kita satu, dan masa depan kita bergantung pada persatuan, bukan permusuhan.
“Sudah, cukup perang di bilik suara. Mari kembali berbaris di medan pembangunan. Karena di atas segala bendera partai, ada bendera merah-putih yang selalu berkibar.”
Pastikan Selalu Berkomentar Yang Baik, Tidak Menyinggung Ras, Suku, Agama dan Rasis
DAFTARKAN DIRIMU MENJADI BAGIAN DARI BANGSA HEBAT DENGAN MENDAFTAR ID BANGSA HEBAT, ADA UNDIAN BERHADIAH DAN JUGA UANG JUTAAN RUPIAH SETIAP BULANNYA. DAFTAR KLIK DISINI atau Cek id.bangsahebat.com