BANGSAHEBAT.COM - Dialog RBR – “Gerbong Kekuasaan: Siapa Naik, Siapa Menjaga?”
Lokasi: Warung kopi, senja mulai turun, suara kendaraan mulai reda, obrolan mulai serius.
--------------------------------------------------------
RAMA
(sambil menyesap kopi)
“Bon, Ran… kenapa sih tiap presiden baru, selalu ramai soal bagi-bagi kursi, bikin gerbong baru, narik tokoh-tokoh lama ke dalam lingkaran kekuasaan?”
RANTI
(berpikir sambil memainkan sendok)
“Mungkin karena yang lama belum selesai turun? Atau yang baru belum yakin jalan sendiri?”
BONO
(tenang, menatap jauh)
“Sebenarnya itu bisa dilihat dari dua sisi. Kalau negatif: bisa dibilang itu kompromi politik. Tapi kalau positif: itu cara mengamankan stabilitas, mencegah kegaduhan, dan menyatukan kekuatan untuk kerja nyata.”
RAMA
“Jadi bukan cuma soal jabatan dan kekuasaan?”
BONO
“Bukan semata-mata itu. Indonesia ini besar, rumit. Kadang menarik tokoh-tokoh kuat dari berbagai kubu adalah strategi menjaga keseimbangan. Kayak narik rem tangan dan gas sekaligus supaya mobil tetap stabil di tanjakan.”
RANTI
“Iya, kalau semua ditinggal dan mulai dari nol, bisa-bisa malah chaos. Tapi... rakyat juga harus kritis ya, jangan sampai semuanya dibajak demi kepentingan kelompok.”
BONO
“Benar. Kita harus tetap mengawasi, bukan mencaci. Beda loh. Kritik yang membangun akan bantu demokrasi tumbuh. Tapi kalau tiap gerakan dianggap salah, kita malah menjatuhkan fondasi kepercayaan.”
RAMA
“Jadi... gerbong itu perlu, asal isinya orang yang mau kerja dan cinta negeri, bukan cuma numpang lewat?”
BONO
“Tepat, Ram. Gerbong kekuasaan itu kendaraan. Yang penting bukan siapa yang duduk di dalamnya, tapi ke mana arah keretanya bergerak.”
--------------------------------------------------------
Isu gerbong kekuasaan memang sering menimbulkan pro dan kontra. Tapi alih-alih mencemooh, masyarakat perlu melihatnya dengan lebih jernih: apakah gerbong itu dirancang untuk menguatkan Indonesia, atau sekadar melanggengkan kekuasaan?
Melalui dialog ringan RBR, kita diajak untuk tidak tergesa menilai, tetapi mencoba memahami bahwa dalam politik, kompromi dan kolaborasi kadang dibutuhkan untuk menjaga kestabilan negeri.
Rakyat harus terus kritis, tapi juga adil dalam melihat strategi pemimpin. Karena politik yang baik bukan tanpa gerbong, tapi gerbong yang membawa bangsa maju bersama.
0Komentar