BANGSAHEBAT.COM - Setiap pemilu, rakyat datang berbondong-bondong ke TPS. Suara mereka dihitung, hasilnya dirayakan. Namun setelah pesta demokrasi usai, banyak warga bertanya: apakah peran rakyat selesai sampai di bilik suara? Di tengah keputusan politik yang sering lahir dari ruang elite, partisipasi publik terasa kian menjauh dari proses penentuan kebijakan.
🎭 JUDUL SKETSA
“Kotak Suara di Luar Ruang Rapat”
🎙️ Dialog SPESIAL POLITIK
Adegan dibuka:
Empat tokoh SPESIAL POLITIK berdiri di depan sebuah kotak suara besar. Di belakang mereka terlihat pintu tertutup bertuliskan “Ruang Rapat Penentu Kebijakan”.
PUTRI (formal, informatif):
“Secara konstitusional, kedaulatan ada di tangan rakyat. Tapi dalam praktiknya, banyak kebijakan strategis diputuskan tanpa partisipasi publik yang memadai.”
BANGSA (jenaka, nyentil):
“Jadi tugas rakyat itu cuma nyoblos ya? Abis itu pulang, nonton berita, terus ngomel di warung kopi.”
KORENYA (metaforis, tenang):
“Demokrasi tanpa partisipasi berkelanjutan ibarat api unggun tanpa kayu bakar. Menyala sebentar, lalu padam sebelum hangatnya dirasakan semua.”
PUPU (tegas, rasional):
“Masalahnya bukan pada pemilunya, tapi pada mekanisme setelahnya. Kalau aspirasi tak tersalurkan, kepercayaan publik pasti turun.”
BANGSA (menutup, setengah bercanda):
“Kalau rakyat cuma dipanggil lima tahun sekali, jangan heran kalau yang berkuasa lupa rasanya jadi rakyat.”
Demokrasi tidak boleh berhenti di kotak suara. Tanpa ruang partisipasi yang nyata, rakyat hanya menjadi pemilih, bukan penentu arah kebijakan.
“Demokrasi butuh rakyat yang aktif, bukan hanya hadir saat pemilu. Karena suara rakyat bukan cuma untuk dihitung, tapi untuk didengar.”
www.BangsaHebat.com
"Yang Spesial Aja Kita Bahas Di Sini!"

.png)
.png)

.jpg)
Pastikan Selalu Berkomentar Yang Baik, Tidak Menyinggung Ras, Suku, Agama dan Rasis
DAFTARKAN DIRIMU MENJADI BAGIAN DARI BANGSA HEBAT DENGAN MENDAFTAR ID BANGSA HEBAT, ADA UNDIAN BERHADIAH DAN JUGA UANG JUTAAN RUPIAH SETIAP BULANNYA. DAFTAR KLIK DISINI atau Cek id.bangsahebat.com