NEGARA DIKELOLA PROFESIONAL ATAU LOYALIS?

BANGSAHEBAT.COM - Di banyak negara modern, jabatan publik diisi melalui kompetensi dan rekam jejak. Namun dalam praktik politik sehari-hari, batas antara profesionalisme dan loyalitas politik sering kali kabur.

Pertanyaannya sederhana tapi krusial:
apakah negara sedang dikelola oleh orang paling mampu, atau orang paling setia?

---

🎭 JUDUL SKETSA

“Kursi Strategis: CV atau Kartu Loyalitas?”

---

🎙️ Dialog SPESIAL POLITIK

Adegan dibuka:
Empat tokoh SPESIAL POLITIK berdiri di depan dua kursi jabatan.

• Kursi kiri bertuliskan: “Kompetensi & Rekam Jejak”
• Kursi kanan bertuliskan: “Kedekatan & Loyalitas”

---

PUTRI (formal, tajam):
“Dalam sistem demokrasi, jabatan publik seharusnya diisi oleh mereka yang paling kompeten, bukan sekadar yang paling dekat dengan kekuasaan.”

BANGSA (santai, nyentil):
“CV gue tebel, pengalaman ada. Tapi katanya yang lebih penting itu… nomor WhatsApp-nya.”

KORENYA (metaforis):
“Negeri ini seperti ladang luas. Jika yang menanam dipilih karena setia, bukan karena paham tanah, panen hanya soal keberuntungan.”

PUPU (tegas, rasional):
“Loyalitas boleh, tapi tidak bisa menggantikan kompetensi. Negara bukan organisasi relawan, ini mesin besar yang butuh keahlian.”

BANGSA (menutup):
“Kalau semua kursi diisi loyalis, jangan heran kalau rakyat cuma jadi penonton setia.”

Ketika loyalitas mengalahkan profesionalisme, kualitas kebijakan ikut menurun. Negara membutuhkan aparatur yang mampu bekerja, bukan hanya pandai menjaga hubungan.

📣 Ajakan Cerdas

👉 Dukung sistem yang memilih yang paling mampu, bukan yang paling dekat.
Karena masa depan negara tidak bisa dijalankan dengan rasa sungkan.

www.BangsaHebat.com
“Yang Spesial Aja Kita Bahas Di Sini!”