TUroTUr5TpA6TUO7BSM0TfG0Ti==

Ketika Kejujuran Harus Antri, dan Kebohongan Selalu Dapat Jalur Cepat


BANGSAHEBAT.COM
 - Ada satu ironi yang makin terasa di negeri ini:

kejujuran sering diminta menunggu, sementara kebohongan selalu diberi jalan pintas.

Orang yang jujur dianggap lambat.
Kurang gesit.
Terlalu lurus.
Terlalu kaku untuk dunia yang katanya butuh kecepatan.

Sebaliknya, mereka yang pandai membelokkan fakta justru sering disebut adaptif.
Cerdas membaca situasi.
Tahu cara “bermain”.
Seolah-olah keluwesan selalu lebih penting daripada ketulusan.

Kita hidup di budaya yang terobsesi pada cepat.
Cepat selesai.
Cepat viral.
Cepat berhasil.
Soal benar atau tidak, itu urusan belakangan—kalau sempat.

Kejujuran, di tengah budaya seperti ini, sering diposisikan sebagai penghambat.
Ia diminta menyesuaikan diri.
Diminta fleksibel.
Diminta tidak terlalu idealis.
Padahal, sejak kapan kebenaran perlu izin untuk berdiri?

Ada kalanya orang jujur bukan kalah,
ia hanya menolak berlari di jalur yang salah.

Namun sistem sosial kita tidak selalu ramah pada sikap semacam itu.
Yang dihargai bukan siapa yang paling tulus,
melainkan siapa yang paling pintar menyesuaikan narasi.

Kepintaran menjadi mata uang utama.
Bukan kepintaran berpikir jernih,
melainkan kepintaran menyelamatkan diri.

Di ruang-ruang publik, kejujuran sering terdengar canggung.
Bahasanya polos.
Tidak dibungkus strategi.
Tidak dipoles kepentingan.
Akibatnya, ia terasa asing di tengah kebisingan yang penuh akal-akalan.

Ironisnya, kita sering memuji integritas di pidato,
namun mencurigainya dalam praktik.

Kita bilang ingin perubahan,
tapi lebih percaya pada mereka yang pandai berbicara daripada yang konsisten berbuat.

Di sinilah kejujuran dipaksa mengantre panjang.
Sementara kebohongan—asal rapi dan meyakinkan—sering langsung masuk.

Bukan karena kebohongan lebih benar,
melainkan karena ia lebih nyaman.

Nyaman bagi sistem yang tidak ingin repot.
Nyaman bagi lingkungan yang alergi pada ketegasan moral.
Nyaman bagi mereka yang takut jika kebenaran benar-benar dibuka.

Padahal, kejujuran tidak pernah menjanjikan kenyamanan.
Ia hanya menjanjikan satu hal: ketenangan batin.

Sayangnya, ketenangan batin bukan barang laku di pasar sosial yang sibuk mengejar citra.

Kita mulai menganggap orang jujur sebagai naif.
Seolah-olah ketulusan adalah tanda kurang pengalaman.
Padahal sering kali, yang disebut naif itu justru mereka yang sudah terlalu lelah berbohong.

Tulisan ini tidak sedang menghakimi.
Tidak sedang menunjuk siapa benar siapa salah.
Ia hanya mengajak kita berhenti sejenak,
dan bertanya dengan jujur pada diri sendiri:

Apakah kita benar-benar menghargai kejujuran,
atau hanya menyukainya ketika ia tidak mengganggu kepentingan kita?

Karena pada akhirnya,
masyarakat tidak runtuh karena kekurangan orang pintar.
Ia goyah ketika kepintaran kehilangan arah,
dan ketulusan dianggap beban.

Kejujuran memang sering tertinggal.
Bukan karena ia salah jalan,
tetapi karena ia menolak menyalip lewat jalur yang curang.

Dan mungkin, di dunia yang terlalu sibuk mencari jalan cepat,
kejujuran justru adalah satu-satunya cara untuk benar-benar sampai.

Meski harus mengantre lebih lama.

Pastikan Selalu Berkomentar Yang Baik, Tidak Menyinggung Ras, Suku, Agama dan Rasis

DAFTARKAN DIRIMU MENJADI BAGIAN DARI BANGSA HEBAT DENGAN MENDAFTAR ID BANGSA HEBAT, ADA UNDIAN BERHADIAH DAN JUGA UANG JUTAAN RUPIAH SETIAP BULANNYA. DAFTAR KLIK DISINI atau Cek id.bangsahebat.com

http://rumahsinggah.bangsahebat.com/
https://parpum.bangsahebat.com/

Type above and press Enter to search.